Tuesday, January 6, 2015

Kursi Setan dan Lintas Sumatera

Setelah berjalan – jalan di Danau Toba dan Pulau Samosir, aku berencana melanjutkan perjalanan ke Padang untuk menaiki kereta wisata Mak Itam di sana. Sayangnya, tidak ada jalur kereta api dari Medan menuju Padang. Sehingga, perjalananku harus dilanjutkan dengan menggunakan bus. Dan hal yang perlu diingat ketika akan melakukan perjalanan lintas Sumatera menggunakan sarana transportasi umum adalah bahwa sarana transportasi tersebut tidak tersedia dalam jumlah banyak. Bahkan kadang hanya ada satu kali perjalanan dalam sehari.

Kebetulan, hari itu masih ada jadwal perjalanan bus ALS (Antar Lintas Sumatera) jurusan Padang yang akan berangkat jam 17.00 WIB. Maka, daripada harus menunggu besoknya lagi, aku putuskan untuk melanjutkan perjalanan hari itu juga, mengingat rute dan waktu perjalanan sampai ke Padang itu bisa sampai 24 jam.

Masih diantar oleh Ook, Andri dan Wawan, aku menuju pool bus ALS untuk memesan tiket. Sayangnya, ternyata jatah kursi duduk sudah habis. Hanya tinggal jatah “kursi setan” yang tersisa. Kursi setan adalah sebutan untuk kursi jongkok yang disediakan oleh awak bus untuk penumpang yang tetap ingin menumpang busnya.

“Gimana bang, mau duduk di kursi setan?” itu Wawan bertanya “Biasanya nanti juga ada yang turun di tengah jalan, jadi abang bisa gantian duduk. Atau kalau gak mau ya berarti abang pesan tiket bus yang besok aja”

Kalau melihat rute dan perjalanannya yang jauh, aku sebenarnya hampir kehilangan nyali untuk duduk jongkok di jalan yang berkelok – kelok, sudah dipastikan aku akan muntah! Tapi, aku tidak punya pilihan. Kalau harus menunggu besok, berarti aku harus menunggu total dua hari untuk sampai ke Padang. Terpaksa aku membeli tiket “kursi setan” tersebut. Tapi, ternyata keberuntungan sedang berpihak kepadaku. Ketika bus hendak melaju, salah satu penumpang membatalkan pemesanan tiketnya sehingga aku berkesempatan menukar tiket kursi setan dengan tiket kursi manusia.

***

Armada ALS yang aku tumpangi mulai membelah jalan Sumatera. Pemandangan hutan yang mulai gelap menjelang malam bukanlah pemandangan yang biasa aku saksikan di sepanjang sejarah perjalananku di pulau Jawa. Suara musik melayu dan lagu lawas yang dulu sering aku dengar di radio mulai terdengar mendayu – dayu di speaker bus. Bus terus melaju melintasi rumah – rumah penduduk yang berselang seling dengan gereja – gereja kecil tempat masyarakat sekitar beribadah.

Beberapa kali bus berhenti untuk beristirahat. Ada yang menarik dengan bus ALS ini, setiap kali berhenti penumpang diwajibkan turun dan isi bus dibersihkan dari ujung ke ujung. Sehingga ketika penumpang kembali memasuki bus kembali bersih dan rapih. Penumpang pun dapat tidur dengan nyaman selama perjalanan. Jarang aku temui awak bus yang berkomitmen melayani penumpang seperti ini. Two thumbs up for all of you guys!

Selama perjalanan pun, aku melihat kerjasama antara supir ALS dengan para pengendara lain, karena mereka tidak bisa menyerobot jalan secara sembarangan.  Dari jauh jika sudah melihat ada kelokan sempit namun ada mobil yang sedang menuju arah berlawanan, maka salah satu diantaranya harus berhenti terlebih dulu memberi jalan kepada yang lain. Bayangkan saja kalau para supir itu mengedepankan ego seperti banyak supir di kota besar, sudah dipastikan kendaraan mereka akan jatuh ke jurang!

***

Menjelang pagi, bus sudah mulai memasuki dataran minang. Keadaan geografisnya yang berbukit – bukit dan berkelok – kelok membuatku sedikit pusing. Tapi panoramanya di pagi hari yang tertutup kabut adalah obat mabuk yang luar biasa indah!

Buat aku, orang yang terbiasa bangun pagi langsung melihat cahaya dari monitor sebuah personal computer, menikmati pagi di tengah perjalanan membelah kabut dan hutan adalah sebuah pemandangan yang cukup menakjubkan. Buat aku, orang yang tinggal dalam sebuah masyarakat urban yang individualis, menyaksikan berbagai kearifan lokal masyarakat di sepanjang perjalanan ini adalah sebuah hal yang juga tidak kalah keren. Buat aku, orang yang setiap hari terkurung dalam kamar yang sempit, menyaksikan dunia luar yang begitu luas adalah seperti baru bangun dari mimpi pagi ini.

No comments: